Laman

Banner

Banner
Klik gambar untuk melihat komik!

Sabtu, 09 April 2016

Lyric Sore wa Chiisana Hikari no you na - Sayuri

LYRIC SORE WA CHIISANA HIKARI NO YOU NA - SAYURI
  


Boku dake ga miteta kimi no koto
Kako mo mirai mo
Kanashimi mo yorokobi mo 
subete


Otona ni naru tte kitto yasashiku naru koto dato shinjiteita
Kodomo no koro no boku no mama ni


Kimi no koto mamoritai to omou
Kurayami kara mezamete mo
Boku wo machiuketeru kanata de
Futari wo kakushita kono machi ni
Dare mo shiranai yuki ga futteita
Kimi wa boku no mune ni kizamareta
Ichiban fukai kizuato no you de
Kimi ga warau kono sekai no uta 
torimodosu yo


Dono heya no tokei mo
Sukoshi zurete ite sa
Bokura wa itsumo kotoba wo kake chigau 
haguruma


Hitoribocchi de naita hiiroo gokko nobasu mae ni kujiketa
Ryoute de kimi no hoho ni fureta


Kimi no koto kowashitai to omou
Sekai wa yume no hazama de
Kuroi inori wo harande
Daiji na mono da to nadeteita
Yasashii yubi ga nejirete yuku
Boku wa tada boku no tame ni
Chikara naki ko no te wo
Kasukana kagayaki no hou e
Mogaite miru kimi no utau mirai e 
michibiite yo


Mamoritai to omou
Nagire mo naku atatakai basho ga
Aru koto wo shinjiteru
Sabishisa ni kuwareta yasashisa ga
Shiroi yuki ni umorete iku yoru
Kimi wa boku no mune ni chiisana hi wo tomosu
Furui kizuato no you de
Hohoende yo kono sekai no kurayami kara
Mezamete yuku hikari no you na kimi no uta


Boku dake ga mi teta kimi no koto

Lyric & Music Video Dope - BTS

LYRIC & MUSIC VIDEO
DOPE - BTS


[Rap Monster] 
Eoseo wa bangtaneun cheoeumiji?

[Jungkook] 
A-yo ladies & gentleman
Junbiga dwaessdamyeon bureulge yeah
Ttan nyeoseokdeulgwaneun dareuge
Nae seutaillo nae nae nae nae seutaillo eo

[Jimin] 
Bamsae ilhaessji everyday
Niga keulleobeseo nol ttae yeah
Ja nollaji malgo deureo maeil
I got a feel, I got a feel
Nan jom jjeoreo!

[J-Hope] 
A jjeoreo jjeoreo jjeoreo uri yeonseupsil ttamnae
Bwa jjeoreong jjeoreong jjeoreonghan nae chumi daphae
Modu bisiri jjijiri jjingjjingi ttilttirideul
Narangeun sanggwani eopseo
Cuz nan huimangi jjeoreo haha

[Suga] 
Okay urin meoributeo balkkeutkkaji jeonbu da jjeo jjeoreo
Haruui jeolbaneul jageobe jjeo jjeoreo
Jageopsire jjeoreo sareo cheongchuneun sseogeogado
Deokbune moro gado dallineun seonggonggado
Sonyeodeura deo keuge sorijilleo jjeo jjeoreok

[V] 
Bamsae ilhaessji everyday
Niga keulleobeseo nol ttae yeah
Ttan nyeoseokdeulgwaneun dareuge

[V/Jungkook] 
I don’t wanna say yes 2x

[Jin]
Sorichyeobwa all right
Momi tabeoridorok all night ([Jungkook] all night)

[Jungkook] 
Cause we got fire ([Jimin] fire)

[Jungkook] 
Higher ([Jimin] higher)

[Jungkook] 
I gotta make it, I gotta make it
Jjeoreo

[V/Jimin] 
Geobuneun geobuhae
Nan wonrae neomuhae
Modu da ttara hae
Jjeoreo 3x

[V/Jimin] 
Geobuneun geobuhae
Jeonbu naui noye
Modu da ttara hae
Jjeoreo 3x

[Rap Monster] 
Samposedae? Oposedae?
Geureom nan yukpoga joheunikka Yukposedae?
Eonrongwa eoreundeureun uijiga
Eopsdamyeo uril ssak jusikcheoreom maedohae
Wae haebogido jeone jugyeo gyaenen [Suga] enemy enemy enemy what
Wae beolsseobuteo gogaereul sugyeo bada [Suga] energy energy energy what
Jeoldae ma pogi you know you not lonely
Neowa nae saebyeogeun najboda yeppeo
So can I get a little bit of hope? ([All] yeah)
Jamdeun cheongchuneul kkaewo go

[V] 
Bamsae ilhaessji everyday
Niga keulleobeseo nol ttae yeah
Ttan nyeoseokdeulgwaneun dareuge

[V/Jungkook] 
I don’t wanna say yes 2x

[Jin] 
Sorichyeobwa all right
Momi tabeoridorok all night ([Jimin] all night)

[Jungkook] 
Cause we got fire ([Jimin] fire)

[Jungkook] 
Higher ([Jimin] higher)

[Jungkook] 
I gotta make it, I gotta make it
Jjeoreo!

[V/Jimin] 
Geobuneun geobuhae
Nan wonrae neomuhae
Modu da ttara hae
Jjeoreo 3x

[V/Jimin] 
Geobuneun geobuhae
Jeonbu naui noye
Modu da ttara hae
Jjeoreo 3x

[Jimin] 
Ireon ge bangtan seutail
Geojismal wackdeulgwaneun dalla

[Jungkook] 
Maeiri hustle life
I gotta make it fire baby

[Jimin] 
Ireon ge bangtan seutail
Geojismal wackdeulgwaneun dalla

[Jungkook] 
Maeiri hustle life
I gotta make it, I gotta make it
Nan jom jjeoreo

[Suga] 
Say what

[Jungkook] 
Say wo wo

[Suga] 
Say what

Jjeoreo 3x

Jjeoreo!



Official M/V


Sabtu, 30 Januari 2016

Death Are Pending

DEATH ARE PENDING


Aku Tachibana Myuura. Aku dilahirkan oleh keluarga yang terpandang di Indonesia. Sebenarnya, aku dan keluargaku asli orang Jepang. Tetapi, karena alasan pekerjaan, ayah memutuskan untuk pindah ke Indonesia. Ada satu alasan lagi, yaitu karena di Jepang, ayah memiliki musuh yang cukup hebat. Dia bahkan pernah membuat perusahaan ayahku bangkrut. Untunglah ada sahabat ayahku, Mr. Mikoto, yang kemudian membantu ayah mendirikan perusahaan yang baru.
Di umurku yang sebentar lagi beranjak 16 tahun, aku ingin membuat diriku merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tapi masalahnya, aku sama sekali tidak mengerti apa itu cinta. Mungkin ini terdengar konyol untuk kalian yang sudah mengerti cinta. Asal kalian tahu, aku ingin merasakan jatuh cintaku yang benar-benar berasal dari lubuk hatiku, bukan dari penampilannya. Namun, mengerti cinta pun aku tidak tahu. Jadi, bagaimana aku bisa merasakan cinta yang sebenarnya?

Malam hari yang indah. Aku melihat beberapa bintang di atas langit. Aku juga melihat bulan sabit tersenyum yang bersinar dengan terang. Sungguh indah malam ini. Bahkan, saking terpesonanya, aku sampai lupa bahwa waktu sudah larut malam.
“Miu, kau belum tidur?” sahut seseorang dari arah belakang. Suara derak kakinya dapat kupastikan, dia menghampiriku.
“Okaasan (Ibu)?”
“Tidurlah, ini sudah larut malam,” ucapnya sambil tersenyum kepadaku.
“Ya,” jawabku, lalu aku pergi beranjak menuju kamar.
“Oyasuminasai (Selamat malam),” bisik Okaasan lembut, lalu mengecup dahiku.

Esoknya, aku pergi ke sebuah toko buku. Rencananya aku ingin membeli buku novel yang menceritakan tentang kisah cinta pertama. Tapi…
“Astaga, aku lupa membawa uang!” seruku ketika akan membayar.
“Anda ini bagaimana, sih. Masa’ lupa membawa uang,” ujar salah seorang petugas kasir dengan tampak yang sedikit tersenyum. Wajahku seketika memerah dan tidak mampu berkata-kata. Aku malu sekali!
“Ini, kau pakai uangku dulu saja!” sahut seorang lelaki yang sebaya denganku seraya menyodorkan uang kepadaku.
“Eh, anu… tapi…,” aku bingung harus menerimanya atau tidak.
“Sudah terima saja,” ucapnya dengan lembut sambil tersenyum. Senyumannya benar-benar tidak dapat kulukiskan. Aku pun jadi tidak bisa menolak setelah melihat senyumannya. Tunggu, jantungku kenapa berdebar-debar?
“A… arigatoo (terima kasih),” aku sedikit ragu-ragu menerima uangnya, sehingga aku berbicara dengan sedikit terbata.
“Arigatoo?” katanya tak mengerti maksudku.
“Ah, maaf, kamu tak mengerti, ya! Arigatoo itu dalam bahasa Jepang berarti terima kasih,” jawabku setengah berteriak.
“Oh, begitu. Aku Axle, kamu siapa?”
“Aku Miu. Salam kenal!” ucapku, yang kemudian membungkukkan badan.
“Ah, iya, aku sedang ada urusan. Sampai jumpa!” sahutnya sambil melambai-lambaikan tangannya.
“Ah, tunggu!” seruku. Tapi terlambat, Axle telah menghilang dari pandanganku. Cepat sekali, pikirku.
Aku menatap ke arah uang yang kugenggam dengan erat. Bagaimana caranya mengganti uang ini? Kataku dalam hati.
“Hei, dengar-dengar, katanya jika kita tidak percaya pada Death Are Pending. Kita akan didatangi si misterius Hell Boy. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, yang menjadi Hell Boy adalah orang yang kita sukai!” ujar salah seseorang pada temannya, yang berada di sampingku.
Oh, rumor Death Are Pending, ya? Aku, sih, tidak akan pernah percaya dengan rumor seperti itu, pikirku dalam hati.
Saat perjalanan pulang, tanpa sengaja aku bertemu dengan musuh lamaku. Namanya Myahara. Dia adalah anak dari Mr. Harashi, musuh ayahku. Dulu aku sempat berteman dengannya. Bahkan, bukan sebagai teman, melainkan sahabat.
“Miu,” ucapnya. Aku tidak mengacuhkannya, dan terus berjalan. Jika kami sampai bertengkar kembali, keluargaku dengannya akan semakin bertentangan.
“Miu tunggu!” serunya. Aku menghentikan langkah, lalu menoleh ke arahnya.
“Ada perlu apa, Mia-san (nona Mia),” kataku dengan senyuman yang sinis.
“Ja… jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu!” bentaknya merasa tak terima. “Kh… sudahlah. Jangan dipikirkan,” tambahnya menenangkan diri sendiri.
“Cepatlah bicara, aku sedang buru-buru. Lagipula, kenapa kau datang ke Indonesia? Oh, aku tahu, pasti kau dan keluargamu akan menghancurkan perusahaan ayahku lagi. Jangan berharap untuk kedua kalinya!” jawabku sedikit emosi.
“Bu… bukan begitu…”
“Lalu apa?!” aku semakin emosi ketika melihat wajah sedihnya.
“Emm… aku pergi ke Indonesia, karena aku ingin minta maaf padamu!” ujarnya sambil menundukkan kepala.
“Apa?” desisku. Aku tak percaya, dia meminta maaf padaku? Tapi, mungkin saja ini akal-akalannya dengan kembali menjadi sahabatku, diam-diam dia menghancurkan perusahaan ayahku lagi. Aku tidak boleh tertipu!
“Aku sadar, ternyata aku sudah sangat berlebihan padamu. Aku sadar, jalan yang kupilih selama ini hanya akan membuatku terpuruk ke dalam kesedihan,” ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca, seperti ingin menangis. “Jadi, kumohon maafkan aku.”
“Untuk apa aku memaafkanmu. Dasar bodoh!” kataku dengan kesal. Lalu, pergi meninggalkannya. Berkali-kali dia memanggilku, tapi aku mengacuhkannya. Aku tidak akan tertipu untuk kedua kalinya.
“Miu!” panggil seseorang. Rasanya, aku seperti pernah mendengar suara ini.
“Axle?” kataku tidak percaya, setelah menoleh ke arahnya.
“Kau ingin pulang, ya? Bareng, yuk!” sahut Axle yang tersenyum kepadaku. Lagi-lagi, jantung berdebar melihat senyumannya. Apa jangan-jangan, ini yang dimaksud jatuh cinta?
“Ng…,” aku agak malu melihat ke arahnya. Aku malu menunjukkan wajah memerahku.
“Sudah, ayo!” ujarnya yang kemudian menggenggam tanganku. Jantungku rasanya seperti ingin meledak. Tapi aku senang, karena dapat berada di samping laki-laki ini.
“Lho, Miu?” tanya seseorang. Aku menatap orang itu, ternyata dia adalah sahabatku, Clara. “Kamu sudah punya pacar?” tambahnya yang semakin membuat wajahku memerah.
“Eh, tidak! Kami hanya baru berteman!” kataku, lalu melepaskan genggaman tangan Axle. Clara menatap sinis ke arahku.
“Benarkah?” kata Clara. “Oh, ya, hari ini aku mengikuti les. Selamat bersenang-senang!” lanjutnya dengan wajah yang berubah 180 derajat.
Aku merasa sedikit lega, setelah Clara pergi. Kalau dipikir-pikir, biasanya ketika aku berada di samping laki-laki. Aku tidak pernah semalu ini. Apa benar ini artinya aku jatuh cinta?
Ctek! Suara jari jempol dan tengah yang bergesekkan, dari arah Axle.
“Eh, Axle, ada apa? Kenapa kau…?”
“Tidak ada apa-apa, kok!” jawabnya yang menyela pembicaraanku. Dia tersenyum. Tapi, aku merasa sedikit bingung, karena senyumannya yang satu ini terlihat tidak tulus.
Ckiiittt… Brak! Suara itu tampaknya suara mobil yang menabrak seseorang. Tanpa ragu, semua orang, termasuk aku dan Axle, berbondong-bondong menghampiri sumber suara. Betapa terkejutnya aku, setelah melihat orang yang ditabrak mobil itu.
“Tidak mungkin… Clara?” ucap dengan air mata yang mulai membasahi pipiku. Padahal, tadi aku bicara dengannya. Dan sekarang, aku harus kehilangannya?
“Tidak, Clara!” teriakku sambil memeluk mayat sahabatku, Clara.

“Miu?” sahut okaasan padaku yang tengah duduk termenung di kasur. Aku hanya diam, tak percaya harus kehilangan sahabatku secepat ini. Aku sendiri bingung, karena kejadiannya begitu cepat. Aku bahkan, tidak tahu harus bertindak seperti apa.
“Miu, okaasan mengerti perasaanmu. Tapi, bisakah kau lupakan yang lalu dan sambutlah yang baru,” nasihat okaasan yang terdengar sangat tulus. Sejujurnya, aku ingin melakukannya. Tapi, aku masih tak terima dengan yang terjadi hari ini.
“Tidak bisa. Aku… aku… tidak bisa…!” aku menangis, okaasan memelukku. Aku serasa lebih tenang ketika di peluk oleh okaasan. Tangannya yang halus, mengelus-elus rambutku.
“Kau pasti bisa, Miu,” ucap okaasan dengan lembut. “Oh, ya, apa kau tahu apa itu Death Are Pending?” lanjut okaasan bertanya.
“Ya, aku tahu. Death Are Pending adalah rumor yang konyol,” jawabku melepas pelukan okaasan.
“Begitu, ya? Apa pun yang kau katakan, okaasan akan selalu percaya padamu,” ujar okaasan sambil tersenyum padaku. Aneh, aku merasakan firasat buruk setelah mendengar okaasan berbicara seperti itu.

Beberapa hari kemudian. Tersiar kabar yang mengejutkanku. Okaasan dan ottosan (ayah) meninggal dunia akibat terjatuh dari lantai 7 di kantor tempat okaasan dan ottosan bekerja. Dan setelah itu, Axle-lah yang selama ini menghiburku.
Harus kehilangan orang yang disanyangi memang sangat menyakitkan. Dan ini… tidak bisa dibiarkan! Aku harus mencari tahu penyabab dari semua ini!
Aku berjalan melewati zebra cross. Tanpa diduga, tiba-tiba sebuah mobil menghampiriku dengan kecepatan tinggi. Kakiku bergetar, aku tidak bisa bergerak!
“Miu, awas!”
Bruk!
Ketika aku membuka mata, ternyata aku masih hidup. Tapi, siapa yang telah menolongku? Tiba-tiba, pandanganku tertuju pada sesosok lelaki yang tengah berdiri di hadapanku.
“Axle?”
“Kamu tidak apa-apa, Miu?” ujarnya, lalu dia membantuku berdiri.
“Axle, terima ka…,” belum sempat aku selesai bericara. Tiba-tiba, Axle memelukku. Aku terkejut dan mukaku memerah seketika.
“Eh, Axle? A… apa?” kataku terbata saking malunya.
“Miu, aku tahu ini egois. Tapi, aku mencintaimu,” ucap Axle. Aku senang dengan kata-katanya barusan. Tapi, aku bingung harus jawab apa.
“Aku mencintaimu, oleh karenanya, aku tidak mau melihatmu menderita ataupun terluka,” tambah Axle. Lagi-lagi, jantungku berdebar kencang. Aku senang, senang sekali. Sekarang, aku jadi mengerti apa itu cinta.
“Aku juga, aku mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu,” jawabku tanpa ada rasa ragu, karena aku yakin, cinta yang saat ini kumiliki, berasal dari lubuk hatiku yang paling dalam.
Kulihat, seseorang keluar dari pintu mobil yang hampir menambrakku. Hatiku serasa terbelah menjadi dua, setelah menyadari siapa orang itu. Apakah, dia yang selama ini membuatku menderita. Hingga telah membunuh orang-orang kusanyangi. Dia… jangan-jangan dia ingin balas dendam?! Tidak, jangan sampai target selanjutnya adalah Axle!
“Mia?! Tak kusangka, jadi kau penyebab semua ini!” teriakku membuat semua orang yang ada di sekitarku menoleh ke arah kami bertiga.
“Eh, apa maksudmu, Miu?” tanya Mia seolah-olah merasa dirinya tidak bersalah.
“Jangan sok tidak tahu menahu! Lebih baik mengaku, daripada kau menyesal nantinya!” ujarku dengan nada yang tinggi. “Kau, kan, yang telah membunuh Clara, okaasan dan ottosan. Bahkan, kau hampir membunuhku!” lanjutku dengan nada yang semakin meninggi.
“Ti… tidak. Aku bahkan, tidak tahu apa-apa,” jawabnya melemas. Aku benar-benar tidak menyangka, dia masih saja tidak mau mengakuinya juga. Lihat saja nanti, kebenaran akan terungkap dan perusahaan keluargamu akan bangkrut!
“Miu, apa yang terjadi di antara kalian?” tanya Axle yang sedari tadi hanya diam.
“Akan kujelaskan nanti. Ayo, kita pergi, Axle!” perintahku, lalu aku menarik tangan Axle dengan sedikit kasar.

Seminggu berlalu, aku berhasil menjebloskan keluarga Mia ke dalam mimpi buruk. Perusahaannya bangkrut, dan Mia dinyatakan bersalah atas tudinganku yang mengatakan dia ingin mencelakaiku. Tapi, karena Mia masih berumur di bawah 17 tahun, ayahnya-lah yang harus menggantikan Mia dipenjara.
Aku sekarang merasa puas. Aku puas karena bisa membalaskan apa yang telah kurasakan selama ini. Melihat orang yang sudah membuatku menderita menjadi menderita, itu sudah cukup. Mulai saat ini, siapa pun tidak akan ada yang bisa menandingiku dan keluargaku!
“Miu, ada yang ingin kubicarakan,” pinta Axle.
“Ya?”
Di sebuah tempat, tepatnya di lantai atas gedung yang terakhir. Axle, kenapa dia mengajakku ke tempat seperti ini? Pikirku.
“Miu, kurasa ini sudah sangat keterlaluan. Sebaiknya kau maafkan saja dia,” ujar Axle memulai membuka pembicaraan.
“Apa? Itu tidak mungkin! Aku tidak bisa melakukannya, karena itu memang sudah sepantasnya untuk mereka!” bentakku.
Axle menyentuh kedua pipiku.
“Dengar, mereka tidak bersalah. Mereka sama sekali tidak terlibat dalam kasus pembunuhan sahabat dan orang tuamu!” ujar Axle menyakinkanku.
“Itu tidak mungkin. Jelas-jelas merekalah yang melakukan itu semua! Aku tahu, pasti mereka melakukan ini semua, agar dalam bisnis mereka, mereka tidak akan mendapat saingan!” jawabku tidak mau kalah.
“Miu, kau tahu apa itu Death Are Pending?” tanya Axle sambil menundukkan kepalanya dan masih menyentuh pipiku.
“Eh?”
“Selama ini, kau tidak mempercayai rumor tersebut, kan? Asal kau tahu, rumor Death Are Pending, benar adanya,” tambah Axle. Aku sama sekali tidak mengerti apa maksudnya.
“Death Are Pending adalah rumor yang mengatakan, jika kau tidak percaya pada rumor tersebut. Maka kau akan didatangi oleh si misterius Hell Boy. Hell Boy diperintahkan untuk membunuh orang yang tidak percaya pada rumor itu. Hanya saja, tertunda. Yang lebih dulu dihabisinya, adalah orang-orang yang disanyangi orang tersebut. Dan yang lebih mengejutkan, yang menjadi Hell Boy, adalah orang yang disukai,” jelas Axle panjang lebar. Aku terkejut setelah mendengar penjelasan dari Axle. Orang yang disukai? Berarti…?
“Hell Boy, bunuh dia!” perintah seorang laki-laki yang tidak aku kenali, yang tiba-tiba saja muncul di belakang Axle.
Axle tampak mengambil pisau saku dari dalam kantung celananya. Dia menggenggam pisau tersebut dengan tangan yang bergemetar.
“Axle…?” ucapku tak percaya. Jadi, selama ini, Axle-lah yang telah membutuh Clara, okaasan, dan ottosan?!
Aku tidak mampu berbicara dan bergerak. Sekujur tubuhku serasa kaku. Aku menyesal sekaligus merasa bersalah pada Mia. Ternyata dia, benar-benar tulus ingin menjadi sahabatku lagi.
“Miu, maafkan aku, karena aku telah membunuh ketiga orang yang kau sanyangi. Jika aku tidak melakukan itu semua, maka taruhannya adalah seluruh keluargaku. Aku menyesal, Miu. Aku menyesal!” kata Axle menyesali semua perbuatannya. Dia menangis tersedu-sedu, membuatku ikut mengeluarkan air mata.
“Cepat lakukan, Hell Boy!” perintah sosok laki-laki itu lagi.
“Ti… tidak bisa. Aku tidak bisa, membunuh orang yang kucintai!” bentak Axle yang tangisannya terdengar lebih keras.
“Dasar bodoh. Berikan pisaunya padaku!” pinta laki-laki itu, lalu mengambil paksa pisau yang digenggam Axle. “Selamat tinggal, Tachibana Myuura!”
“Miu!!”
Crash! Apa? Tidak sakit. Apa aku sudah mati? Apa…?
Aku terkejut, setelah kubuka mataku lebar-lebar. Ternyata, Axle menolongku dengan cara membiarkan tubuhnya yang tertusuk pisau.
“Ti… tidak, Axle?!” ucapku terbata.
“Miu, aku akan selalu mencintaimu. Sekarang, selamatkan-lah dirimu. Larilah!” perintah Axle sambil terus menahan lelaki itu. Padahal, nyawanya sedang sekarat. Tapi…
Drap! Aku berlari menuju tangga. Maafkan aku Axle, aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu!
“Tidak akan kubiarkan kau lolos!” ancam laki-laki itu. Aku terus berlari, berlari, dan berlari tanpa henti. Tanpa kusadari, ternyata laki-laki itu sudah berada di hadapanku. Laki-laki itu bersama dengan… Mia?!
“Ukh…,” keluh Mia, karena saat ini dia dicekik oleh laki-laki misterius tersebut.
“Sekarang kau pilih. Nyawamu, atau nyawa sahabatmu?” tanya laki-laki itu.
“Miu, biarkan saja aku. Ambil jimat ini!” perintah Mia seraya melemparkan sebuah kalung berwarna coklat. Tapi, karena aku tidak bersiap-siap, kalung itu terjatuh ke lantai.
“Ji… mat?” ucapku sedikit bingung.
“Ya, jimat itu pemberian dari nenekku. Ambil dan pakailah jimat itu, dengan begitu, kau akan terbebas dari roh terkutuk ini! Tapi, jika kau melepaskannya. Dia akan datang kembali padamu!” jelas Mia.
“Hhh… kalau kau mengambil kalung itu. Berarti kau telah memilih nyawamu!” ucap laki-laki itu, yang membuatku semakin bingung harus pilih yang mana.
“Cepat ambil!” perintah Mia dengan nada yang keras.
Tiba-tiba, aku merasa tanganku bergerak dengan sendirinya. Aku mengambil jimat itu, lalu memakainya. Detik yang sama, Mia akhirnya mati dibunuh oleh laki-laki itu. Lalu, laki-laki itu menghilang entah kemana.
Selama aku memakai jimat ini. Dia tidak akan pernah datang lagi. Axle, Mia, terima kasih. Berkat kalian, aku selamat dari roh terkutuk rumor Death Are Pending itu. Aku tak akan pernah melupakan jasa kalian.

Arigato gozaimasu (terima kasih banyak).

Jumat, 29 Januari 2016

Hantu Yuhiko dan Kelas Paling Berdarah di Dunia

HANTU YUHIKO DAN KELAS PALING BERDARAH DI DUNIA


Pada awalnya, jika waktu itu mereka tidak melakukannya dan jika waktu dapat diputar kembali lagi, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Kejadian yang mungkin menurutmu biasa-biasa saja, tapi jika kamu menganggap hal ini hal biasa. Kamu akan mati.
Kalian pasti penasaran dengan apa yang terjadi waktu itu. Jadi, akan kuceritakan awal kematiannya Yuhiko.
Yuhiko adalah murid yang masih duduk di kelas 8 SMP. Yuhiko memang menderita kanker otak, yang membuatnya berumur pendek, namun penyebab kematiannya adalah dari teman-temannya sendiri. Mereka memang tidak membunuh Yuhiko, tetapi mereka mengkhianatinya. Sehingga, Yuhiko merasa kecewa dengan sikap teman-temannya, padahal selama ini Yuhiko selalu mempercayai teman-temannya.

Pada tanggal 5 Desember 2008, kejadian itu terjadi.
“Yuhiko, tolong kerjakan peerku!” perintah salah seorang temannya. Namanya Rika.
“Ba … baik …” jawabnya lesu. Saat dia hendak mengambil buku Rika, ternyata dia salah mengambil. Yang seharusnya buku IPA, dia malah mengambil buku IPS.
“Ih … kamu itu gimana, sih?! Peernya itu ada di buku IPA, bukan IPS!” teriak Rika sambil mengambil paksa buku IPS miliknya, kemudian melemparkan buku IPAnya kepada Yuhiko.
“…” Yuhiko hanya terdiam dengan wajah yang mengkerut. Dia tidak bisa melawan, karena jika melawan, masalah akan menjadi besar.
“Yuhiko … aku juga, ya!” kata seseorang sambil memberikan buku IPAnya kepada Yuhiko dengan kasar. Namanya adalah Kiki, adik kembar Rika dan juga teman Yuhiko. Kemudian, teman-teman yang lainnya juga minta dibuatkan peer. Sehingga, Yuhiko menjadi kewalahan. Tapi, apa boleh buat, jika melawan, dia akan diancam oleh teman-temannya.
Tampak terlihat buku menumpuk di mejanya. Dia mengerjakannya sendiri, dan harus selesai ketika waktu istirahat selesai.
“Yuhiko, tolong gambarin, dong!” pinta Kiki.
“Maaf, aku gak bisa. Aku harus ngerjain peer-peer ini dulu,” jawab Yuhiko dengan wajah panik. Kiki merasa kesal dengan jawaban Yuhiko.
“Ah, bilang aja kamu enggak mau bikin kan!” balas Kiki dengan nada tinggi. Dia lalu menjatuhkan buku-buku yang ada di meja Yuhiko, sehingga menjadi berantakkan di lantai. Belum puas membuat berantakan, Kiki lalu menjambak rambut Yuhiko yang panjang dengan kasar. Yuhiko pun merasa kesakitan.
“Aww …, Kiki, maafkan aku …” pinta Yuhiko sambil menahan rasa sakit. Kiki menghiraukannya. Dia kemudian mengambil sebuah gunting yang berada tak jauh darinya. Kemudian, dia berniat akan memotong rambut Yuhiko.
“Ki … kiki, jangan! Jangan!” pinta Yuhiko lagi sambil menangis. Kiki tidak perduli, lalu dia mulai memotong rambut Yuhiko. Rambut Yuhiko awalnya sepinggang, setelah dipotong, kini rambutnya hanya mencapai leher.
“Rambutmu kepanjangan, tuh! Makanya aku potong,” kata Kiki, kemudian diiringi tawa teman-temannya.
Yuhiko hanya bisa pasrah sambil terus menangis. Dia mengambil rambutnya yang telah terpotong, lalu menggenggam erat rambutnya. Dia kesal, tapi dia bingung harus melakukan apa, karena tak ada satu teman pun yang membelanya.
“Dasar cengeng!” sahut seorang gadis perempuan yang sangat dia kenali. Dialah Hima, sahabat Yuhiko yang mengkhianatinya. Hima adalah sosok yang sangat dia kagumi, namun kini Hima mengkhianatinya. Entah apa salah Yuhiko. Semua seperti ingin menyingkirkan Yuhiko dari dunia ini.
“Ka … kalian …” ucap Yuhiko sambil menundukkan kepalanya. Tangannya bergemetaran dengan wajah pucat dan berkeringat.
“Hah? Apa? Jadi, kamu mau melawan?!” kata Hima, lalu dia mengambil rambut Yuhiko yang telah terpotong dan membuangnya ke tong sampah. Tawa teman-temannya semakin keras. Mereka tampak senang melihat Yuhiko dibuli oleh sahabatnya sendiri, Hima.
Hentikan! Hentikan!!” teriak Yuhiko, membuat semuanya berhenti tertawa. “Kalian semua ternyata memang tidak tulus berteman denganku!” teriaknya lagi. “Aku bodoh, sampai-sampai percaya pada kalian!” tambahnya. “Seandainya kalian tahu, bahwa hari ini adalah hari terakhirku hidup! Nyawaku hanya tinggal beberapa detik saja!”
“Oh, ya?” tanya Hima menyindir. Kembali semuanya tertawa.
“Benar. Karena ini hari terakhirku, aku ingin mendengar kalian semua meminta maaf padaku. Sebelum semuanya terlambat!” perintah Yuhiko. Tapi, teman-temannya mengira bahwa ini hal biasa, saat seseorang marah dan mengancam. Karena itu, mereka hanya menghiraukan perkataan Yuhiko.
“Jika kalian tidak mengatakannya. Akan kubuat kelas ini menjadi kelas paling berdarah di Dunia. Dan jika kalian menganggap hal ini biasa, kalian tidak akan pernah lolos dariku!” teriak Yuhiko dengan wajah serius. Tapi, tidak ada satu pun yang perduli. Mereka tidak berpikir, bahwa perkataan Yuhiko tadi adalah kutukan.
1 … 2 … 3 … Yuhiko jatuh tidak sadarkan diri di lantai. Semua teman-temannya memeriksa keadaan Yuhiko. Saat Hima menekan urat nadi Yuhiko, yang ada hanya getaran tubuhnya sendiri. Dan dia tidak merasakan getaran urat nadi Yuhiko.
“Yu … Yuhiko …?” ucap Hima dengan wajah panik. Tangannya bergemetar, dan perlahan-lahan wajahnya memucat.
“Ada apa ini?” tanya seseorang mengagetkan mereka semua. Mereka menoleh, dan ternyata dia adalah Ibu Rikao, wali kelas mereka. Semua tampak menutup-nutupi keadaan Yuhiko yang sudah tidak bernyawa lagi. Tapi, bu Rikao sudah mengetahui semuanya. Dia ternyata, diam-diam mendengar semua percakapan Yuhiko dengan teman-temannya dari luar kelas.
“Jawab yang jujur! Ibu sudah tahu semuanya! Dan ibu tidak akan tanggung jawab!” teriak bu Rikao, lalu meninggalkan semua muridnya, namun tiba-tiba bu Rikao terpeleset. Kepalanya mengalir begitu banyak darah, akibat terbentur dengan lantai yang keras. Bu Rikao pun tewas karena di kepala kekurangan banyak darah.
“Bu Rikao!” jerit Hima dan yang lainnya. Mereka tidak percaya, bu Rikao akan pergi menyusul Yuhiko, 20 detik kemudian setelah Yuhiko meninggal.
Semua murid masuk ke dalam kelas dengan perasaan cemas. Mereka takut akan terjadi sesuatu lagi yang mengerikan. Tiba-tiba, papan tulis di kelas mereka, tertulis kata yang tulisannya itu dari darah.
“Kalian semua akan merasakan apa yang kurasakan. Aku tidak perduli, kalian bersalah atau tidak bersalah padaku. Tapi, ini semua berawal dari kalian. Dan kalian, tidak akan pernah lolos dariku!” itulah yang ditulis di papan tulis kelas mereka. Seketika, buluk kuduk mereka berdiri.
“A … apa ini … kutukan?” ucap Hima gagap. Wajahnya pucat dengan keringat dingin mengalir perlahan-lahan membasahi bajunya. Tidak hanya Hima, tapi semua murid yang berada di dalam kelas itu.
Wussh …!
Tiba-tiba arwah Yuhiko datang di belakang mereka. Arwah Yuhiko berwujud menakutkan, dengan rambut yang panjang hingga mencapai mata kaki. Wajahnya penuh goresaran dan darah. Dan kakinya tidak menapak.
“Waaa …!” jerit semuanya. Mereka mencoba keluar dari kelas, namun terlambat, pintu telah tertutup dengan sendirinya. Sehingga, mereka tidak lagi bisa keluar dari kelas itu.
Hima berada paling depan di hadapan Yuhiko. Yuhiko berjalan perlahan-lahan menghampirinya.
“Yu … Yuhiko … Ma … maafkan … aku …” pinta Hima, tetapi Yuhiko tidak lagi mau mempercayainya.
Aaa …!” teriak Hima merasakan sakit, lalu dia tumbang dan terjatuh ke lantai. Mulutnya mengeluarkan darah yang banyak. Dia pun tewas seketika.
Setelah Hima, selanjutnya Kiki, lalu Rika dan seterusnya. Hingga tersisa satu temannya, yaitu Nina, yang juga sahabatnya. Nina memang tidak berkhianat, tapi dia tidak pernah menolong Yuhiko. Mungkin, dikarenakan dia takut dibuli juga.
“Nina, tolong beri tahu suatu hal. Sebarkan semua kejadian yang terjadi hari ini, beritahukan pada dunia. Jika ada seseorang yang masuk ke kelas ini, dan menganggap hal ini hal biasa, mereka akan mati,” kata Yuhiko, yang kini telah menjadi hantu.
“Ba … baik …” jawab Nina gagap. Kemudian, Yuhiko menghilang dan pintu kelas terbuka.
Dia cepat-cepat keluar dari kelas itu. Dia memberitahukan kepada Kepala Sekolah. Tapi, kepala sekolah itu tidak percaya. Dia atau Kisume, Kepala Sekolah kelas itu, bersama rekannya masuk ke dalam kelas yang dimaksud Nina.
Di dalam kelas, sungguh mencekam, banyak murid yang tewas tergeletak di lantai, dan darah dimana-mana. Di luar kelas, sebelum mereka masuk ke dalamnya, mereka mendapati bu Rikao yang telah tak bernyawa. Mr. Kisume dan rekannya menjadi percaya, tapi saat hendak keluar kelas, pintu tertutup dengan sendirinya. Lalu, di belakang mereka terlihat sosok hantu Yuhiko.
Aaaa …!” jerit Mr. Kisume dan rekan-rekannya. Mereka tumbang dan jatuh tergeletak di lantai dengan darah mengalir dari mulutnya. Mereka pun tewas.
Setelah tewasnya Mr. Kisuke dan rekannya, kelas itu ditutup rapat dengan garis polisi agar semua orang tidak ada yang berani masuk.



Waktu terus berjalan, kini sudah 5 tahun berlalu dari kejadian yang mengerikan itu. Namun, arwah Yuhiko masih ada di dalam kelas itu. Nina yang selamat dari kejadian 5 tahun yang lalu, terus memperingati orang-orang agar tidak masuk ke dalam kelas dan jangan menganggap kejadian itu hal biasa. Kini kelas itu diberi nama “Kelas paling berdarah di Dunia”.

END

Hi, terima kasih telah membaca cerpenku ini^^
Cerpen ini kubuat pada tahun 2013, sekitar kelas 7 SMP-an lah, jadi mohon maaf jika masih banyak kekurangannya :))
Cerpennya juga bisa baca di sini